Kondisi yang melatarbelakangi masalah di sekolah selama ini yaitu:

  1. Peserta didik tidak aktif selama dalam diskusi
  2. Peserta didik masing kurang percaya diri mengutarakan pendapat di depan kelas
  3. Peserta didik tidak berani bertanya selama proses pembelajaran  jika mengalami kesulitan
  4. Peserta didik mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal HOTS
  5. Peserta didik mengalami kesulitan dalam mengaitkan konsep fisika dengan penerapan teknologi sehari-hari

Masalah  kondisi tersebut dikarenakan pembelajaran yang dilaksanakan guru tidak menggunakan model pembelajaran inovatif dan kontekstual, pembelajaran berlangsung monoton dan lebih didominasi dengan metode ceramah sehingga pembelajaran hanya terpusat pada guru bukan peserta didik. Pembelajaran seperti ini belum mendorong peserta didik untuk aktif berpendapat, bertanya dan berpikir kritis. Padahal pembelajaran abad 21 dituntut untuk mencakup kompetensi 4C (critical thinking, collaboration, creative dan communicative). Disamping itu, pembelajaran yang berpusat pada guru ini belum mendorong siswa untuk menemukan pengetahuannya sendiri dan  tidak memberikan pengalaman belajar nyata sehingga pemahaman konsep tidak bertahan lama di ingatan siswa. Pembelajaran yang dilakukan oleh guru belum menerapkan metode yang tepat untuk memfasilitasi peserta didik sebagai pusat pembelajaran (tidak mendukung peserta didik berkomunikasi baik dengan guru maupun antar peserta didik). Guru juga belum memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi yang tepat dalam pembelajaran yang dilakukan serta belum memanfaatkan media pembelajran yang interaktif untuk menyampaikan materi.

Praktik baik ini penting dibagikan karena terkhusus bagi saya sendiri dapat menjadi motivasi untuk selalu mengembangkan diri dan selalu berinovasi dalam mengembangkan kreativitas dalam proses pembelajaran yang akan dilakukan sehari-hari. Selain itu juga, diharapkan dapat menjadi referensi bagi rekan-rekan pendidik. Praktik baik ini perlu dibagikan agar seluruh pendidik bergerak bersama untuk melakukan model pembelajaran inovatif yang sesuai implementasi Kurikulum Merdeka baik dengan model pembelajaran Discovery/Inquiry Learning, model Problem-based Learning (PBL), maupun model Project based Learning (PjBL) terutama model PBL yang sudah penulis laksankan dalam 2 siklus.Diharapkan dengan model pembelajaran inovatif dapat membentuk perilaku saintifik, perilaku sosial, dan mengembangkan rasa keingintahuan sehingga peserta didik lebih nyaman dan merdeka sesuai kodrat dan zamannya. Peran dan tanggung jawab saya dalam praktik ini adalah sebagai peneliti dalam mengidentifikasi permasalahan yang terjadi selama proses belajar mengajar di kelas dan mencari solusi dari permasalahan tersebut. Pendidik menerapkan model pembelajaran inovatif yang sesuai dengan karakter materi pembelajaran (dalam praktik ini memilih model pembelajaran Problem based Learning). Saya juga bertanggung jawab untuk melaksanakan metode dan model pembelajaran yang inovatif tersebut di sekolah tempat saya bertugas sehingga dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar peserta didik.

Tantangan yang saya hadapi untuk mencapai tujuan, yaitu:

  1. Penyesuaian jam mengajar di sekolah dengan jadwal PPL yang akan dilaksanakan
  2. Persiapan teknis seperti pengadaan tripod, kamera, speaker dan LCD proyektor serta konektivitas internet membutuhkan waktu yang ekstra
  3. Masih ada peserta didik yang kurang aktif dalam kegiatan diskusi karena kurang kerjasama dan kurang peduli
  4. Masih ada peserta didik yang belum percaya diri untuk menyampaikan pendapatnya di depan kelas

Pihak-pihak yang terlibat dalam kegiatan ini yaitu:

  1. Saya sendiri sebagai pengajar di kelas
  2. Bapak Dr. M. Toifur, M.Si sebagai Dosen Pamong dan Ibu Fadiyah Suryani sebagai Guru Pamong yang memberikan pengetahuan dan bimbingan dalam penyusunan rencana aksi.
  3. Bapak Mas ut,S.Pd. selaku Kepala SMK Ma’arif NU Bobotsari
  4. Bapak Bastian Anggoro,S.Pd,Ngabdul Latif rekan sejawat yang membantu dalam pelaksanaan PPL 1 dan 2
  5. Peserta didik kelas X TKR  A SMK Ma’arif NU Bobotsari sebagai subjek dalam kegiatan pembelajaran.

Menyusun perangkat pembelajaran yang terdiri dari Modul ajar, LKPD, Media, Asesmen dan bahan Ajar dalam 2 pertemuan tentang materi Pengukuran besaran fisis(alat ukur jangka sorong dan mikrometer) yang menggunakan model pembelajaran Problem based Learning.Dimana, media pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran PBL materi pengukuran besaran fisis(alat ukur jangka sorong dan mikrometer) ini yaitu penayangan media video dan simulator virtual alat ukur  untuk memperlihatkan proses pengukuran dan cara membaca hasil pengukurannya. Situs simulator alat ukur tersebut  sudah dipersiapkan dan dibagikan melaluai WA group kelas untuk bisa diakses sendiri oleh siswa untuk membantu memecahkan permasalahan yang diberikan oleh guru di dalam LKPD.Siswa melakukan penelitian langsung dengan melakukan pengukuran pada media yang ada pada jurusannya seperti piston dan silinder motor bakar. Selain itu, peneliti juga menggunakan media power point dalam menyampaikan materi serta google form sebagai media pengerjaan tes diagnostik di awal pembelajaran dan tes sumatif di akhir pembelajaran. Pemilihan model pembelajaran problem based learning dalam digunakan dalam pembelajaran dengan materi pengukuran  diharapkan dapat meningkatkan aktivitas peserta didik dalam berdiskusi dan dapat mengembangkan kemampuan untuk berpikir kritis dan mengembangkan kemampuan mereka untuk memecahkan masalah serta mengkonstruksi  pengetahuan baru.

Dampak dari aksi tersebut adalah peserta didik yang tadinya kurang dalam hal partisipasi aktif ketika pembelajaran, setelah dilakukan praktek terbaik mereka lebih aktif menyampaikan pendapatnya bercakap- cakap dengan aktif dan saling bekerja sama dalam satu kelompok.  Kemudian, pembelajaran yang tadinya belum mendorong kemampuan kompetensi 4C, setelah dilakukan praktek terbaik maka pembelajaran mampu mendorong kemampuan peserta didik dalam mengembangkan  kompetensi abad 21. Selanjutnya, pembelajaran yang tadinya belum mendorong peserta didik untuk terbiasa berkomunikasi atau mengutarakan pendapat ketika di kelas, setelah dilakukan praktek baik maka pembelajaran di kelas mampu mendorong siswa untuk lebih percaya diri dalam mengkomunikasikan atau mengutarakan pendapatnya. Selain itu, pembelajaran yang tadinya belum memanfaatkan teknologi dengan tepat, setelah dilakukan praktek terbaik maka mampu mendorong peserta didik untuk memanfaatkan IT dengan benar. Langkah yang dilakukan ini sangat efektif. Faktor yang menjadi keberhasilan yaitu adanya metode yang tepat, inovatif dan guru mampu melaksanakn metode tersebut dengan efektif. Proses pembelajaran ini apabila kita mau bekerja keras, disiplin dan menggunakan metode yang tepat maka akan berhasil.Hal ini ditandai dengan hasil penilaian formatif yang signifikan peningkatannya dan ketercapaian ketuntasan mencapai 100%.

Download Artikel Best Practice > Donwload

Oleh : Uriptono, ST

Leave a Comment